Tragisnya Akhir Nasib Politik Jokowi: Ditinggal Penjilat, Dikhianati Para Pemuja Sendiri


Surabaya, 3 November 2025 | Integritasnews.my.id — Arah perjalanan politik Presiden Joko Widodo (Jokowi) di penghujung kekuasaannya tampak semakin suram. Dari sosok yang dulu dielu-elukan, kini mantan Wali Kota Solo itu seolah menghadapi masa senja politik yang tragis — ditinggal para pendukung garis kerasnya sendiri, bahkan mulai menjadi bahan sindiran tajam di kalangan elite dan masyarakat bawah.

Fenomena ini disorot tajam oleh pengamat politik sekaligus penulis nasional Saiful Huda Ems (SHE) dalam tulisannya berjudul “Tragisnya Akhir Nasib Politik Jokowi” yang beredar pada Minggu, 3 November 2025.

Menurut SHE, Jokowi kini seperti “dibuang ke tong sampah sejarah politik” setelah dianggap selesai masa manfaatnya oleh kelompok yang dahulu membelanya mati-matian.

“Jokowi saat ini benar-benar seperti tengah dibuang ke tong sampah, habis selesai dijilat-jilat oleh PROJO (Pro Judi Online), lalu penjilatnya balik badan, tegak lurus pada penguasa baru,” tulis SHE dalam analisisnya.


Dari Pemimpin Rakyat ke Simbol Pengkhianatan Politik

SHE menilai perjalanan Jokowi menjadi contoh nyata bagaimana kekuasaan tanpa integritas justru akan melahirkan pengkhianatan demi pengkhianatan. Ia menggambarkan bahwa Jokowi kini dikhianati oleh orang-orang yang dulu menjadi pemujanya sendiri.

 “Begitulah pengkhianat akan bertemu dengan para pengkhianat-penghianatnya sendiri,” ujarnya.

Lebih lanjut, SHE menegaskan bahwa peristiwa ini menjadi pelajaran penting dalam politik dan kehidupan: pengkhianatan terhadap kepercayaan rakyat akan berbalik menjadi kehancuran bagi pelakunya.

“Jangan sesekali berkhianat pada kepercayaan orang,” tulisnya, “karena kalau itu yang kau lakukan, maka kelak kau akan dikhianati oleh para pemujamu sendiri.”


Sindiran Pedas: Lebih Terhormat Jadi Tukang Kusen

Dalam bagian akhir tulisannya, SHE menyampaikan sindiran yang menggugah. Ia menulis bahwa kehormatan seseorang tidak ditentukan oleh jabatan, melainkan oleh kejujuran dan integritas.

“Menjadi tukang kusen kayu yang jujur jauh lebih terhormat daripada jadi politisi, kemudian jadi presiden dengan mengobral kebohongan di sana-sini,” ujarnya.


SHE juga menyinggung tindakan memaksakan anaknya menduduki posisi penting dengan cara mengakali konstitusi sebagai tanda kemerosotan moral dalam bernegara.

 “Akhirnya yang terjadi, ia hidup merana, penuh penyakit, dan nantinya dikutuk oleh sejarah,” tulisnya menutup.


Catatan Akhir: Kekuasaan Tak Kekal, Integritas Abadi

Tulisan Saiful Huda Ems ini menjadi refleksi keras bagi para penguasa. Bahwa sekuat apapun kekuasaan, tanpa kejujuran dan integritas, semua akan berakhir tragis — ditinggal para pendukungnya sendiri dan tercatat dalam sejarah sebagai pelajaran pahit tentang kekuasaan yang tak abadi.


Pewarta: Ifa

Editor: Redaksi Integritasnews.my.id

Sumber: Saiful Huda Ems (SHE)